About

Pages

Selasa, 14 Juli 2009

Kisah Pencuri Lumbung

by Conan

Suatu ketika, tinggallah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu, terdiri
dari orangtua, dan kedua anak laki-lakinya. Kekayaan mereka sangatlah
berlimpah.
Lumbung mereka, penuh dengan tumpukan padi dan gandum. Ladang mereka
luas, lengkap dengan ratusan hewan ternak.

Namun, pada suatu malam, ada pencuri yang datang ke lumbung mereka.
Sebagian besar padi yang baru di tuai, lenyap tak berbekas. Tak ada
yang tahu siapa pencuri itu. Kejadian itu terus berulang, hingga
beberapa malam berikutnya.
Akan tetapi, tak ada yang mampu menangkap pencurinya.

Sang tuan rumah tentu berang dengan hal ini. "Pencuri terkutuk!!,
akan
kuikat dia kalau sampai kutangkap dengan tanganku sendiri." Begitu
teriak sang tuan rumah. "Aku akan menangkap sendiri, biar rasakan
pembalasanku."

Kedua anaknya, mulai ikut bicara. "Ayah, biarlah kami saja yang
menangkap pencuri itu. Kami sudah cukup mampu melawannya. Kami sudah
cukup besar, tentu, pencuri-pencuri itu akan takluk di tangan kami.
"Ijinkan kami menangkapnya Ayah!"

Tak disangka, sang Ayah berpendapat lain. "Jangan. Kalian masih muda
dan belum berpengalaman. Kalian masih belum mampu melawan mereka.
Lihat tangan kalian, masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu
silat kalian masih sedikit. Kalian lebih baik tinggal saja di rumah.
Biar aku saja yang menangkap mereka." Mendengar perintah itu, kedua
anaknya hanya mampu terdiam.

Penjagaan memang diperketat, namun, tetap saja keluarga itu kecurian.
Sang Ayah masih saja belum mampu menangkap pencurinya. Malah, kini
hewan ternak yang mulai di ambil. Ia sangat putus asa dengan hal ini.
Dengan berat hati, di datangilah Kepala Desa untuk minta petunjuk
tentang masalah yang dialaminya. Diceritakannya semua kejadian
pencurian itu.

Kepala Desa mendengarkan dengan cermat. Ia hanya berkata, "Mengapa
tak
biarkan kedua anakmu yang menjaga lumbung? Mengapa kau biarkan semua
keinginan mereka tak kau penuhi? Ketahuilah, wahai orang yang
sombong,
sesungguhnya, engkau adalah "pencuri" harapan-harapan anakmu itu.
Engkau tak lebih baik dari pencuri-pencuri hartamu. Sebab, engkau tak
hanya mencuri harta, tapi juga mencuri impian-impian, dan semua
kemampuan anak-anakmu.
Biarkan mereka yang menjaganya, dan kau cukup sebagai pengawas."

Mendengar kata-kata itu, sang Ayah mulai sadar. Pada esok malam,
diijinkanlah kedua anaknya untuk ikut menjaga lumbung. Dan tak berapa
malam kemudian, ditangkaplah pencuri-pencuri itu, yang ternyata
adalah penjaga lumbung mereka sendiri.

Teman, pernahkan Anda bertanya kepada anak kecil tentang cita-cita
dan
harapan mereka? Ya, bisa jadi kita akan mendapat beragam jawaban.
Suatu ketika mereka akan menjadi pilot, dan ketika lain mereka
memilih untuk menjadi dokter. Suatu saat mereka akan mengatakan ingin
bisa terbang, dan saat lain berteriak ingin dapat berenang seperti
ikan. Walaupun pada akhirnya kita tahu hanya ada satu jawaban kelak,
namun, pantaskah jika kita melarang mereka semua untuk punya harapan
dan impian?

Begitulah, seperti halnya dalam cerita diatas, ada banyak
pencuri-pencuri impian yang berkeliaran di sekitar kita. Mereka,
mencuri semua impian, dan merampas harapan-harapan yang kita
lambungkan. Mereka, selalu menghadang setiap langkah kita untuk
mencapai tujuan-tujuan hidup.

Bisa jadi, pencuri-pencuri itu bisa hadir dalam bentuk orangtua,
teman, saudara, atau bahkan rekan kerja. Namun, yang sering terjadi
adalah, kita sendirilah pencuri harapan dan impian itu. Kita
sendirilah pencuri yang paling besar menghadang setiap langkah. Kita
sering temukan dalam diri, perasaan takut, ragu, dan bimbang dalam
melangkah.

Terlalu sering kita mendengarkan suara kecil yang mengatakan, "Saya
tidak bisa, saya tidak mampu." Atau, sering kita berucap,"Sepertinya,
saya tak akan mungkin mengatasinya." "jangan, jangan lakukan ini
sekarang, lakukan ini nanti saja.

Terus seperti itu. Kegagalan, sering kita jadikan peniadaan dalam
melangkah.

Namun, teman, seringkali bisa keliru. Kegagalan, adalah sebuah cara
Allah untuk menunjukkan kepada kita tentang arti kesungguhan.
Kegagalan, adalah pertanda tentang sebuah usaha yang tak akan
berakhir. Kegagalan, adalah sebuah pelajaran tentang bagaimana meraih
semua harapan yang terlewat.

Memang, tak ada kesuksesan yang diraih dalam semalam. Karena itu,
yakinlah, dengan kesabaran kita akan dapat meraih semua harapan dan
impian. Maka, yakinlah dengan semua impian kita. Jika kita mampu, dan
nurani kita mengatakan setuju, jangan biarkan orang lain mencuri
impian itu--terutama oleh diri kita sendiri.

Dan teman, jangan jadikan diri kita pencuri-pencuri impian orang
lain.
Yakinlah dengan itu semua, sebab Allah selalu akan bersama kita.



0 comments:

 

Blogger news

Blogroll

About