About

Pages

Minggu, 09 Agustus 2009

Kasih seorang ibu

Jalannya sudah tertitih-titih, karena usianya sudah lebih dari 70
th, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar
rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus
tinggal dirumah jompo, karena kehadirannya tidak di-inginkan. Masih
teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan
putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah
menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya.

Disamping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang
belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang
putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya,
oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib yang
harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk
membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang
pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun
ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan,
karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapa.

Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang
didapatkannya dari Tuhan dimana ia telah dikaruniakan seorang putri.
Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki
hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama
Love - Kasih. Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan diwaktu
malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan
penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan.

Terkadang ia harus menjahit s/d jam dua pagi, tidur lebih dari empat
jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia
dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan
restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan
maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah
lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah
dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, disamping itu ia
tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena
ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk
daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya.
Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia
selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi
untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia
berikan, mulai dari pakaian s/d makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca diluaran sangat
dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari
Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah
Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya
belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari
itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit
dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.

Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering
sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan
putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun
untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak
sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen
bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa
melanjutkan studinya diluar kota. Disana putrinya jatuh cinta kepada
seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak
pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa
malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa
malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci
piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon
suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan
itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak
di undang, bahkan kehadirannya tidaklah di inginkan. Ia duduk di
sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan
selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat
itu ber-th2 ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia
dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia
membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia
merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah
mempunyai seorang cucu.

Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong
cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak
rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia
bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak
dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa
melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu
untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya. Ia merasa bahagia
sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana.
Dirumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan
sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai bibi pembantu dari
keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan,
bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Dirumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus,
bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh
putrinyada daripada dirinya sendiri. Disamping itu sering sekali di
bentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau
hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya
yang kecil dibelakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni
kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada
putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya,
karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang
mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita
sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi
kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan
kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan
th ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri
kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan
tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat
ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit
lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama
lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu
keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk
bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Disamping itu
ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan
selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat dibawah nol dan salujupun
turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini
tidak mau keluar rumah lagi, karena diluaran sangat dingin, tetapi
Nene tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi kerumah putrinya. Ia
ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan
tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus ber-
jam2 diluaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo
tempat dimana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu
perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nene tua yang
berada dlm keadaan sakit.

Setiba dirumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk
rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu
rumah gedong dimana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang
yang diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan
ibunya? Tidak! Bahkan ia di tegor: "Kamu sudah bekerja dirumah kami
puluhan th sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk
pembantu ada pintu khusus, ialah pintu dibelakang rumah!"

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin
memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi,
mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja,
karena diluaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah
tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu. "Maaf saya tidak ada
waktu, disamping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang
pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang
telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan
putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu di tutup dengan keras.
Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang
pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih belas kesianpun
tidak ada.

Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada
orang mau pinjam telepon dirumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu,
bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon kekantor
polisi, sebab dihalte bus di depan ada seorang nene meninggal dunia,
rupanya ia mati kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya
kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat
mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang
tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Ibu saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yang
buta aksara, tetapi untuk mang Ucup pribadi beliau adalah wanita
yang paling hebat, dimana s/d detik ini mang Ucup masih bisa belajar
dari padanya. Belajar memberikan dan membagikan kasih tanpa pamrih
dan tanpa lagas. Ibunya mang Ucup menderita sakit kanker, tetapi ia
tidak pernah mengeluh. Tiap kali saya menelpon Ibu, pertanyaan
standard selalu diajukan kepada saya: "Apa yang Ibu bisa bantu
untukmu nak?" Ia tidak memohon untuk dirinya sendiri dlm doanya,
yang ia utamakan selalu hanyalah kami anak2nya! Ia selalu mendoakan
kami siang dan malam.

Maka dari itulah untuk mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yang
tercantik sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun
ia barusan saja terpilih oleh majalah People sebagai wanita
tercantik sedunia untuk th 1999. Seorang Ibu melahirkan dan
membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan
pamrih apapun juga.

Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi
anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada
perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.

Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap
menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada
hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga
maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "
sedangkan di hari2 lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro
memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita
akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan
sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar
daripada bunga maupun hadiah.

Renungkanlah:
Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu?
Kapan kita terakhir mengundang Ibu?
Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan2?
Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis
dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita?
Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup,
percuma kita memberikan bunga maupun tangisan
apabila Ibu telah berangkat,
karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

When Mother prayed, she found sweet rest,
When Mother prayed, her soul was blest;
Her heart and mind on Christ were stayed,
And God was there when Mother prayed!

Our thanks, O God, for mothers
Who show, by word and deed,
Commitment to Thy will and plan
And Thy commandments heed.

A thousand men may build a city,
but it takes a mother to make a home.

Apabila Anda mengasihi Ibunda Anda sebarkanlah tulisan ini kepada
rekan2 lainnya, agar mereka juga sadar selama Ibunda mereka masih
hidup berikanlah bakti kasih Anda kepada Ibunda terkasih sebelumnya
terlambat.



0 comments:

 

Blogger news

Blogroll

About