About

Pages

Minggu, 09 Agustus 2009

Selingkuh Bukan Cuma Seks!


buka mata..
pasang telinga..
selingkuhkah pasangan Anda?..
*****


Rino (nama samaran), 43, terduduk lemas. Perselingkuhan istrinya membuat pria pekerja keras itu kaget, geram, tak percaya, kecewa, dan pasrah.
Hancur sudah harapannya memiliki sebuah rumah tinggal.
Luluh lantak juga upayanya menyisihkan gaji bulanan, selama sepuluh tahun terakhir. Semua gara-gara selingkuh, kuh, kuh!
Lima belas tahun lalu, Rino menikahi wanita yang dicintainya, sebut saja Tina (38) di Yogyakarta. Dua tahun kemudian, setelah anak pertama lahir, mereka pindah ke Jakarta. Mereka mengontrak sebuah rumah di kawasan Cileduk. Karena lingkungan rumah itu dirasa kurang sehat, dua tahun kemudian Rino memboyong keluarganya ke Kebon Jeruk. Rumah mungil itu penuh pepohonan, sehingga hobi Rino bercocok tanam agak tersalurkan.
Malu lima tahun menjadi "kontraktor" alias pengontrak rumah, Rino dan Tina sepakat menyisihkan gaji bulanan untuk membeli rumah sendiri. Uang tabungan ini disimpan dalam rekening bank atas nama Tina. Rino pun minta izin pulang agak malam, untuk mencari "tambahan" penghasilan, membantu bisnis percetakan temannya di kawasan Kedoya.
Sepuluh tahun berlalu, Rino merasa, sudah waktunya mereka memiliki rumah sendiri. Apalagi tabungan di bank sudah cukup, harga properti pun sedang miring. Makanya, dia begitu sumringah ketika seorang teman kantor menawarkan sebuah rumah di daerah Srengseng, Jakarta Barat. Harganya pas di kantung, kondisi rumah plus lingkungannya oke punya.
Sore itu, dengan hati berbunga, Rino memarkir motor di teras rumah yang sudah dikontraknya 11 tahun. Tina yang sedang menyetrika, ditariknya ke dalam kamar. "Aku sudah menemukan rumah. Suasananya sejuk seperti di sini. Harganya pun terjangkau." Anehnya, air muka Tina berubah drastis.
"Besok kita lihat ke sana. Aku sudah kasih persekot," bujuk Rino.
Makin aneh, Tina malah menangis. "Maaf, Mas," akhirnya dia bicara, "Uangnya sudah kupakai membantu perawatan bapak tempo hari, dan membantu kuliah Dik Anto dan Dik Wanti. Sisanya tinggal Rp 20 juta saja." Byar!
Bagai tersambar petir, Rino langsung tak berdaya. Nyaris pingsan dia. Kartu kredit bengkak
Kasus yang dijumput dari ruang praktik Dr. Sukiat, ahli psikologi klinis khinis yang juga konselor perkawinan ini, konon bisa digolongkan perselingkuhan. Lo, kok begitu?
Ya, "Yang dimaksud berselingkuh adalah perbuatan yang dianggap
menyimpang dari kesepakatan bersama, dan dilakukan tanpa sepengetahuan pihak lain," kata Sukiat meluruskan.
Psikolog yang pernah bikin geger dengan hasil penelitiannya di suatu majalah, bahwa dua dan tiga wanita Jakarta memiliki PIL (pria idaman lain) ini menyayangkan sikap Tina yang tidak berterus terang pada suaminya, tentang penggunaan uang tabungan itu. Jika sejak awal dibicarakan, tentunya Rino bisa memahami, sehingga ia tidak terlanjur memiliki angan-angan muluk tentang sebuah rumah masa depan.
Alhasil, sudah dua tahun terakhir ini pasutri yang dulu bahagia itu tak bertegur sapa. Susah payah Sukiat mendamaikan perang dingin itu. Menurut staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini, kasus sejenis cukup sering terjadi. Selain Rino-Tina, juga Rendy (nama palsu), 35, bernasib serupa. Staf pimpinan cabang sebuah bank yang pernah lolos likuidasi ini mempercayakan pengelolaan keuangan rumah tangga pada istrinya yang cantik, Meiske (bukan nama asli), 33, jebolan sekolah sekretaris.

Sejak pandangan pertama, Rendy memang tertarik pada kepandaian Meiske merawat penampilan. Walau anak mereka sudah dua orang, penampilan istninya itu tak beda jauh dengan saat masih gadis.
Namun, manisnya cinta luntur perlahan oleh tagihan kartu kredit Meiske yang sejak setengah tahun ini grafiknya menanjak terus. Rasa cinta Rendy membuatnya tumpul di hadapan Meiske.
Buntutnya, Rendy meledak juga, ketika dua bulan terakhir itu tagihan kartu kredit melebihi gaji bulanannya. Berarti, ia harus berutang untuk menutupinya. Dari hasil "interogasi" terungkap, gaya hidup istrinya itu amat mahal. Biaya salon, sandang dan pangan, serta ongkos pergaulannya, biasa diatasi dengan menggesek kartu kredit.
Belum lagaknya yang bak nyonya besar saat di arisan. Suka memberi pinjaman, tapi gengsi menagih. Pantas saja Rendy kebobolan.
Yang paling menyakitkan hati Rendy banyak informasi dan sumber resmi dan terpercaya, sejak setahun belakangan ini Meiske memiliki PIL.
Belum sebulan lalu, Rendy memutuskan bercerai, bukan karena ia merasa otot-ototnya kalah besar dengan pacar Meiske yang pelatih kebugaran itu, tapi ia merasa dikhianati dan dibohongi. Jika dimaafkan, di masa depan pasti Meiske akan mengulangi lagi dengan derajat perselingkuhan lebih canggih.
Kasus perselingkuhan, memang ibarat makanan basi. Walaupun dibungkus rapi, suatu saat akan mengeluarkan aroma tak sedap. Sumarni (63), misalnya. Selama 40 tahun mendampingi Broto, mantan karyawan salah satu maskapai penerbangan, seorang figur suami dan ayah ideal yang setia dan mencintai keluarga. Rumah tangga mereka membuahkan enam orang anak dan 11 cucu. Sayang, dua tahun lalu Broto meninggal dunia karena serangan jantung.
Suatu pagi, saat menyuapi cucu, seorang pemuda mengetuk pintu pagar.
Karena mengonfirmasi alamat Pak Broto, ia dipersilakan masuk dan duduk di teras. Sumarni terheran-heran mendengar kisah si pemuda asal Malaysia yang mengaku telah bertahun-tahun mencari ayahnya. Ia yakin ayahnya masih hidup, meski sejak kecil ibu dan keluarganya bilang, sang ayah sudah meninggal. Si pemuda lantas mengeluarkan sebuah foto. Foto seorang ayah sedang menggendong bayi. Foto itu, ternyata, foto Broto!

Sumarni hampir pingsan. Tampaknya, ketika bertugas setahun di negeri jiran, suaminya yang baik hati itu berselingkuh, hingga punya anak.
Untunglah, nenek bijak itu cepat menguasai diri. Ia bahkan mengantarkan anak tirinya itu berziarah ke makam Broto. Ketabahan hati yang dipuji oleh Sukiat. Meski ceritanya mungkin akan berbeda, jika Broto masih hidup.
Banyak jalan selingkuh Tak dipungkiri oleh Sukiat, ketika tahu pasangannya selingkuh, umumnya reaksi suami atau istri pasti frustasi atau kecewa berat.
Sebab, harapan agar pasangan selalu komit terhadap kesepakatan bersama, ternyata dilanggar.
Rata-rata mereka yang tersakiti akan bertingkah laku agresif.
Artinya, menyatakan kekecewaan dengan menyerang dan menyakiti fisik atau perasaan orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal.
Tingkah laku agresif verbal misalnya mengucapkan kata-kata yang langsung menyakiti atau lewat sindiran-sindiran pedas. Sementara tingkah laku nonverbal antara lain berbentuk penyerangan fisik, ngambek, mogok bicara, mogok berfungsi sebagai istri atan suami, dan sejenisnya.
Selain itu, orang yang frustasi bisa menampilkan tingkah laku blocking dalam bentuk depresi atau murung, sedih yang berkepanjangan. Yang jarang terjadi, "Si pasangan bertingkah laku adaptif rasional, yaitu tanpa emosi negatif yang berlebihan seperti marah, murung, jengkel, dan lain-lain. Ia berusaha memahami mengapa pasangannya melakukan perselingkuhan. Lalu mencari alternatif pemecahannya," terang Sukiat, sembari mencontohkan reaksi positif Sumarni.
Sedangkan pihak yang berselingkuh, setelah perbuatannya diketahui pasangan, biasanya langsung bereaksi defensif. Pertama-tama ia akan dengan keras tidak mengakui perbuatannya. Dengan berbagai dalih mempertahankan diri, tak mungkin dirinya berselingkuh. Namun, setelah disajikan bukti-bukti nyata, ia akan menyerang balik dengan menyalahkan pasangannya sebagai penyebab perselingkuhan. Misalnya, menyalahkan sikap dan perbuatan pasangannya yang begini dan begitu.
Bila suami yang berselingkuh, menurut Sukiat, ia akan kebingungan dan stres berkepanjangan. Hal ini karena rasa tanggungjawabnya. "Ia tak bisa meninggalkan istri dan anak-anaknya, juga sulit melepas WIL-nya. Kecuali salah satu dari mereka, istrinya atau WIL-nya, ngotot untuk berpisah."
Sebaliknya, bila istri yang berselingkuh, ada yang sampai tega
meninggalkan keluarganya.
"Hal ini dapat dipahami, karena dalam hal bercinta, perempuan menganut penyerahan total," kata Sukiat. Meski dia juga mengakui, ada pula pihak istri peselingkuh yang kembali pada suami dan anak-anaknya.
Omong-omong, bagaimana sebenarnya perselingkuhan bisa terjadi?
Berdasarkan pengalaman praktik Dr. Sukiat, umumnya suami berselingkuh ketika istri mulai "tidak nyambung" lagi ketika diajak bicara, baik dalam topik pembicaraan maupun wawasannya. Dengan kata lain, tidak dialogis lagi. Bisa juga lantaran si istri hilang respek terhadap suami, sehingga cenderung menyalahkan, menuntut, bahkan merendahkan suami.
Selingkuh bisa pula terpacu oleh keinginan advonturir seks, atau ada masalah dalam kehidupan seksualnya dengan istri, yang tidak diungkapkan.
Sebaliknya, tandas Sukiat, istri berselingkuh umumnya bukan karena seks sebagai faktor utama, melainkan karena kesepian secara batiniah.
Maksudnya, "Suami kurang peduli, kurang perhatian, kurang mengasihi yang ditunjukkan secara nyata, kurang mengayomi, dan tidak ada lagi hal-hal yang perlu dikagumi pada diri suami."
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Pertama-tama, masing-masing pihak harus mengelola emosinya. Dalam keadaan emosi tinggi, bukannya penyelesaian yang akan terjadi, melainkan pertengkaran yang tambah meruncing. "Bila emosi dalam keadaan rendah, masing-masing pihak akan sabar dan mau mendengar secara utuh serta memahami pihak lain. Masing-masing juga mau mengungkapkan pendapat serta perasaannya tanpa menyakiti hati pihak lain," jelas Sukiat.

Setelah memahami pihak lain, selanjutnya ditinjau ulang pemahaman tentang tujuan berkeluarga. Apabila tujuannya sama, misalnya membesarkan dan mendidik anak untuk menjadi manusia dewasa yang berguna, barulah didiskusikan berbagai alternatif jalan keluar dari permasalahan itu. "Satu hal yang perlu diperhatikan, jagalah kesabaran.
Perubahan tidak akan terjadi seperti membalikkan telapak tangan. Bisa terjadi sebulan, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun atau berpuluh tahun."
Berdasarkan pengalaman, setelah jalan keluar ditemukan, pihak yang diselingkuhi biasanya menuntut terjadi perubahan dengan cepat dan segera. Padahal, sikap itu akan membuat masalah kembali ke titik nol.
Jadi, "Sikap sabar akan sangat, sangat membantu," tutup Dr. Sukiat.
(Dharnoto/Intisari)


0 comments:

 

Blogger news

Blogroll

About