Sekali lagi hp-ku berbunyi. Itu pasti dari suamiku.
Pada awalnya aku merasa kesal. Karena dia selalu mematikannya sebelum sempat aku menjawab.
Tahu nggak sih dia kalo aku kangen. Setiap aku lagi sibuk dengan si kecil atau lagi masak di dapur, pasti dia menelpon dan mematikannya lagi. Selalu begitu. Padahal kan aku capek lari-lari ngambil hp yang kutinggal di kamar, lagi dicharge.
Pesannya sebelum berangkat aku nggak boleh nelpon dia, "Nanti roaming, mahal".
Iya sih, aku nggak mungkin sebentar kalo ngomong sama dia, apalagi kalo lagi kangen. Aku bilang pake telpon rumah aja, katanya, "Inlok murah kan jam 8 ke atas."
Loh emangnya ngga tau apa dia kalo paling-paling jam segitu aku paling lagi capek.
"Apa kamu tega bangunin aku yang lagi istirahat?"
Dia jawab, "Ya enggak lah, apalagi aku nggak ada - biasanya kan aku yang
mijetin."
"Mau sms?"
Tapi katanya, "Aku bakalan sibuk, sayang takut nggak sempat baca dan bales".
Emang! Dia paling males bales sms.
Kemarin aja karena aku kangen banget iseng-iseng aku sms dia, "Aku kangen nih honey".
Dan dia cuma nulis, "sama". Udah?! Cuma empat huruf itu?! Nggak ada titik
nggak ada koma?! Aku bales aja lagi, "Rugi tau bayar 300 rupiah cuma buat ngirim 4 huruf doang!!"
Eee dia bales,
"ooooooooooyyyyyyyyyyaaaaaaaaaa?????". Huh, benci deh... tapi rindu...
Hari ini aku mogok ah. Nggak akan aku hampiri hp-ku walaupun berbunyi, kalau perlu aku bikin silent. Nggak akan aku cek siapa yang nelfon.
Pokoknya aku kesel. Dan bener. Hp-ku menunjukkan adanya telfon masuk kemudian mati. Sekali lagi ada yang masuk kemudian mati lagi. Dan begitu seterusnya hingga dari pagi tadi sampai malam ini aku lihat di layar hp-ku "20 missed calls". Dalam hati aku nggak mau cek ah siapa yang nelfon. Good night, aku mau tidur.
Besoknya dia pulang. Dari terakhir aku lihat hp-ku sampe pagi ini, missed call-nya nambah jadi 30. Dan benar, semuanya dari suamiku. Udah 4 hari, aku kangen berat nih. Tapi aku mau sok cool. Namun apa daya... wajahnya yang ganteng dan tampak ceria bertemu denganku membuat aku luluh.
"Terima missed call-ku nggak?" katanya.
Langsung aku jadi inget dan kesel.
"Niat nelfon gak sih?". Suamiku mengetahui gelagatku yang mulai mau ngambek.
Tapi... dasar suamiku! Bijaksana! Dan romantis! "Sini sayang, aku kasih tau
sesuatu" katanya.
Aku duduk di sebelahnya dengan cemberut namun ia malah merangkulku.
Dia bertanya berapa kali dia missed call aku. Aku jawab dengan ketus lebih dari 20 sehari, total 4 hari 100 missed calls. Tapi dia malah tersenyum dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
"Kamu tau nggak, sayang? Sebenernya aku pingin lebih dari 100 kali sehari missed call kamu."
Aku jadi bingung dibuatnya. Udah tau aku kesel dengan semua missed call-nya, lebih dari 20 lagi sehari, malah mo nambah jadi 100.
"Maksud kamu apa missed call missed call aku?" kataku sebel tapi bingung.
"Yaaa... aku cuma pingin kamu tau, kalo aku masih bisa mencet hp, berarti
aku masih hidup dan sehat. Dan... supaya kamu tau... kalo aku kangen juga
sama kamu..."
Hi hi hi akhirnya dia ngomong juga.
"Kalo kangen tuh nelfon." sahutku tetap sok cool tapi hepi. "Ya itu aku
nelfon. Missed call lagi." katanya santai.
Aku pikir-pikir, kok aku jadi nggak nyambung ya apa yang dia bicarain.
Tapi dari pada dibilang telmi alias telat mikir aku suruh aja dia ke ruang
makan, sudah aku sediakan hidangan untuknya.
Saat aku sedang di dapur membuat minuman, tiba-tiba hp-ku berbunyi di
kantong dasterku. Aku menoleh dan melihat suamiku sedang tersenyum.
Aku cek layar hp-ku. 1 missed call, Suamiku yang Ganteng.
Aku baca sekali lagi...missed call. Dan aku baru mengerti. Aku missed call balik dia. Dan dia tersenyum.
Missed call... bukan panggilan tak terjawab... tetapi telefon kerinduan...
100 missed calls... berarti... kerinduannya untukku... 100 kali lipat...
Pada awalnya aku merasa kesal. Karena dia selalu mematikannya sebelum sempat aku menjawab.
Tahu nggak sih dia kalo aku kangen. Setiap aku lagi sibuk dengan si kecil atau lagi masak di dapur, pasti dia menelpon dan mematikannya lagi. Selalu begitu. Padahal kan aku capek lari-lari ngambil hp yang kutinggal di kamar, lagi dicharge.
Pesannya sebelum berangkat aku nggak boleh nelpon dia, "Nanti roaming, mahal".
Iya sih, aku nggak mungkin sebentar kalo ngomong sama dia, apalagi kalo lagi kangen. Aku bilang pake telpon rumah aja, katanya, "Inlok murah kan jam 8 ke atas."
Loh emangnya ngga tau apa dia kalo paling-paling jam segitu aku paling lagi capek.
"Apa kamu tega bangunin aku yang lagi istirahat?"
Dia jawab, "Ya enggak lah, apalagi aku nggak ada - biasanya kan aku yang
mijetin."
"Mau sms?"
Tapi katanya, "Aku bakalan sibuk, sayang takut nggak sempat baca dan bales".
Emang! Dia paling males bales sms.
Kemarin aja karena aku kangen banget iseng-iseng aku sms dia, "Aku kangen nih honey".
Dan dia cuma nulis, "sama". Udah?! Cuma empat huruf itu?! Nggak ada titik
nggak ada koma?! Aku bales aja lagi, "Rugi tau bayar 300 rupiah cuma buat ngirim 4 huruf doang!!"
Eee dia bales,
"ooooooooooyyyyyyyyyyaaaaaaaaaa?????". Huh, benci deh... tapi rindu...
Hari ini aku mogok ah. Nggak akan aku hampiri hp-ku walaupun berbunyi, kalau perlu aku bikin silent. Nggak akan aku cek siapa yang nelfon.
Pokoknya aku kesel. Dan bener. Hp-ku menunjukkan adanya telfon masuk kemudian mati. Sekali lagi ada yang masuk kemudian mati lagi. Dan begitu seterusnya hingga dari pagi tadi sampai malam ini aku lihat di layar hp-ku "20 missed calls". Dalam hati aku nggak mau cek ah siapa yang nelfon. Good night, aku mau tidur.
Besoknya dia pulang. Dari terakhir aku lihat hp-ku sampe pagi ini, missed call-nya nambah jadi 30. Dan benar, semuanya dari suamiku. Udah 4 hari, aku kangen berat nih. Tapi aku mau sok cool. Namun apa daya... wajahnya yang ganteng dan tampak ceria bertemu denganku membuat aku luluh.
"Terima missed call-ku nggak?" katanya.
Langsung aku jadi inget dan kesel.
"Niat nelfon gak sih?". Suamiku mengetahui gelagatku yang mulai mau ngambek.
Tapi... dasar suamiku! Bijaksana! Dan romantis! "Sini sayang, aku kasih tau
sesuatu" katanya.
Aku duduk di sebelahnya dengan cemberut namun ia malah merangkulku.
Dia bertanya berapa kali dia missed call aku. Aku jawab dengan ketus lebih dari 20 sehari, total 4 hari 100 missed calls. Tapi dia malah tersenyum dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
"Kamu tau nggak, sayang? Sebenernya aku pingin lebih dari 100 kali sehari missed call kamu."
Aku jadi bingung dibuatnya. Udah tau aku kesel dengan semua missed call-nya, lebih dari 20 lagi sehari, malah mo nambah jadi 100.
"Maksud kamu apa missed call missed call aku?" kataku sebel tapi bingung.
"Yaaa... aku cuma pingin kamu tau, kalo aku masih bisa mencet hp, berarti
aku masih hidup dan sehat. Dan... supaya kamu tau... kalo aku kangen juga
sama kamu..."
Hi hi hi akhirnya dia ngomong juga.
"Kalo kangen tuh nelfon." sahutku tetap sok cool tapi hepi. "Ya itu aku
nelfon. Missed call lagi." katanya santai.
Aku pikir-pikir, kok aku jadi nggak nyambung ya apa yang dia bicarain.
Tapi dari pada dibilang telmi alias telat mikir aku suruh aja dia ke ruang
makan, sudah aku sediakan hidangan untuknya.
Saat aku sedang di dapur membuat minuman, tiba-tiba hp-ku berbunyi di
kantong dasterku. Aku menoleh dan melihat suamiku sedang tersenyum.
Aku cek layar hp-ku. 1 missed call, Suamiku yang Ganteng.
Aku baca sekali lagi...missed call. Dan aku baru mengerti. Aku missed call balik dia. Dan dia tersenyum.
Missed call... bukan panggilan tak terjawab... tetapi telefon kerinduan...
100 missed calls... berarti... kerinduannya untukku... 100 kali lipat...
0 comments:
Posting Komentar