Saya menerima beberapa e-mail dari para pembaca artikel-artikel saya di Pembelajar.com. Ada yang bertanya apa kunci sukses yang utama. Ada pula yang bertanya bagaimana cara menghilangkan kejenuhan kerja. Yang lain bertanya pula bagaimana bisa mencapai sesuatu yang diidam-idamkan.
Jawaban saya: tidak ada jalan pintas, tidak ada quick fix. Semuanya perlu usaha. Namun suatu usaha bisa terasa berat, bisa terasa ringan. Kuncinya sekali lagi adalah mindset. Apa sih, "mindset" itu? OK, kalau Simon Cowell si juri "super jujur dan sarkastis" dari American Idol bilang, "raise the bar." Ini artinya tinggikan standarmu.
Setiap orang punya "bar" alias "mindset" alias "standar" yang mendasari semua perilaku kehidupannya. Kalau ada yang merasa "iba" dan "kasihan" dengan dirinya sendiri yang tidak punya ayah, misalnya, sehingga menjustifikasi perbuatan-perbuatannya yang mencederai diri sendiri. Maka, sebaliknya, sebagai seseorang yang tidak pernah mengenal ayah saya sendiri sejak bayi, saya tidak pernah merasakan demikian. Ini karena "my bar" sangat berbeda dengan si Iba tersebut.
Malah saya sangat memperhatikan apa yang saya punya, yaitu Ibunda yang sangat memperhatikan semua kebutuhan lahir dan batin saya, kedua grandparents saya dan sahabat-sahabat keluarga yang sangat tulus. Seringkali saya bandingkan kualitas hidup saya sejak kecil dengan teman-teman yang punya orang tua lengkap, tidak jarang saya merasa lebih beruntung. Tidak pernah sekalipun dalam hidup saya, saya merasa kekurangan dan masa kecil saya bisa dibilang sangat berbahagia.
"Bar" saya ini ternyata cukup unik. Tanpa saya sadari, sejak kecil saya merasa beruntung dengan apa yang kasat mata, bukan apa yang tidak kelihatan dan diangan-angan. Mindset ini, ternyata, sangat berguna di masa dewasa, terutama dalam hidup di dalam sukses (bukan "mencapai" sukses).
Salah satu tokoh yang saya kagumi, Nelson Mandela pernah berkata:
"Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our darkness that most frightens us. We ask ourselves, 'Who am I to be brilliant, gorgeous, talented, and fabulous?' Actually, who are you not to be?
You are a child of God. Your playing small does not serve the world. There is nothing enlightened about shrinking so that other people won't feel insecure around you. We were born to manifest the glory that is within us. And as we let our light shine we unconsciously give other people permission to do the same. As we are liberated from our own fear, our presence automatically liberates others."
Jadi, intinya adalah "bar" alias "mindset" sukses bersumber dari penghargaan dan rasa hormat yang dalam akan kehidupan dan anugerah Yang Kuasa kepada kita. Dengan ini, tidak ada lagi jalan buntu, karena keberadaan kita sendiri adalah suatu anugerah yang luar biasa.
Dengan menghargai pemberian ini, kita semakin kagum akan diri kita sendiri, akan potensi-potensi yang kita miliki, dan akan segala berkat yang kita terima sejak hari pertama kita dilahirkan di dunia ini. Kadang-kadang secara kultural, orang-orang yang bangga akan diri sendiri sangatlah tidak bisa diterima, karena kesannya angkuh dan tidak sopan. Well, saya tidak menyarankan Anda untuk mengumbar-ngumbar prestasi Anda di mana pun dan kapan pun berada. Namun, saya sedang mengajak Anda untuk melihat ke dalam diri sendiri dan menemukan suatu cahaya anugerah yang luar biasa.
Nelson Mandela, di dalam sel penjara bernomor 46664, menemukan cahaya ini. Cahaya ini adalah "bar" alias "mindset" sukses. Dalam beberapa aliran spiritual, ini disebut sebagai enlightenment.
Carilah itu di dalam diri Anda. Tidak perlu susah-susah merefleksi diri dengan cara-cara yang spektakuler, seperti meditasi di atas gunung. Caranya sangat simpel: sadarilah "cahaya" Anda. Cahaya ini merupakan pancaran jiwa yang konfiden. Pancaran jiwa yang bahagia akan apa yang ia miliki, bukan apa yang tidak ia miliki. Bahagia akan segala potensi yang ada, walaupun sekarang belum menghasilkan apa-apa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar